X @unifahr/Istimewa

PGRI Menekankan Signifikansi Evaluasi Kurikulum Merdeka Belajar Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan

, 10 Nov 2024

Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Unifah Rosyidi, mendorong pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan Kurikulum Merdeka Belajar yang diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, pada tahun 2022. Penilaian ini dianggap krusial untuk memahami dampaknya terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.

Unifah menegaskan bahwa perubahan kurikulum tidak seharusnya dilakukan setiap kali terjadi pergantian menteri. Sebaliknya, kurikulum harus bersifat adaptif dan mengikuti perkembangan zaman, yang mengharuskan adanya penyesuaian secara berkala.

"Perubahan dalam kurikulum adalah suatu keharusan. Perubahan ini tidak sama dengan pergantian. Perubahan diperlukan agar kurikulum dapat beradaptasi dengan perkembangan yang sangat dinamis di luar sana, yang juga harus diintegrasikan ke dalam dunia pendidikan," ungkap Unifah saat berbincang dengan Beritasatu.com di Jakarta, Minggu (10/11/2024).

Meskipun demikian, Unifah mengakui bahwa kurikulum merdeka belajar memiliki sejumlah kelemahan yang perlu diperbaiki. Ia berpendapat bahwa penerapan kurikulum ini dilakukan dengan terburu-buru, terutama karena masih dalam proses transisi dari Kurikulum 2013, sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal. Namun, ia menekankan bahwa perubahan yang diperlukan tidak harus merombak seluruh kurikulum, melainkan cukup dengan melakukan perbaikan.

Salah satu aspek yang menjadi perhatian Unifah adalah penghapusan ujian nasional (UN) dalam kurikulum merdeka belajar. Ia berpendapat bahwa UN tetap memiliki peranan penting sebagai alat untuk memetakan kualitas pendidikan di tingkat nasional dan sebagai salah satu syarat untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.

"Kami di PGRI merasa perlu untuk melakukan kajian menyeluruh terhadap Kurikulum Merdeka Belajar. Setelah diterapkan selama beberapa tahun, kita sudah dapat melihat hasilnya. Sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam dunia pendidikan, kami tidak ingin kerusakan semakin parah," ungkap Unifah.

Unifah menyampaikan pandangan positif terhadap pendekatan deep learning yang diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Muti. Pendekatan ini didasarkan pada tiga pilar, yaitu mindful, meaningful, dan joyful, yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan bagi para siswa.

Dalam konteks ini, PGRI merekomendasikan agar dilakukan evaluasi terhadap kurikulum merdeka belajar, sambil mengintegrasikan pendekatan deep learning tanpa perlu merancang kurikulum baru.

Unifah juga mengusulkan agar kurikulum diberi nama Kurikulum Nasional, sehingga setiap perubahan dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman.

"Penamaan kurikulum sebaiknya sederhana. Mengingat ini berlaku secara nasional, lebih baik kita menyebutnya Kurikulum Nasional. Fokus pada pendekatan deep learning adalah pilihan yang tepat, karena setiap periode pendidikan pasti memiliki kebutuhan untuk menekankan aspek tertentu," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Merdeka Belajar memiliki keindahan dalam konsep, namun seringkali terasa sulit dalam pelaksanaannya.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.