Fungsional Diplomat Muda, Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Jurman Saputra Nazar menyatakan bahwa kebaya bukan hanya sekadar pakaian, melainkan juga merupakan identitas perempuan Indonesia.
Menurut Jurman, perempuan dan kebaya adalah dua elemen yang tidak dapat dipisahkan dari identitas, sejarah, dan jiwa bangsa Indonesia.
"Kebaya bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga identitas. Ia adalah simbol keanggunan, kelembutan, dan kekuatan perempuan Indonesia," ujar Jurman Saputra dalam sambutannya pada acara "Kebaya: Merajut Kebhinekaan" yang merayakan Hari Kebaya Nasional 2025 di Museum Mandiri, Jakarta, pada hari Kamis.
Jurman menegaskan bahwa dari waktu ke waktu, kebaya telah menjadi saksi bisu perjuangan perempuan Indonesia. Sejarah mencatat bahwa dalam Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, hampir semua perempuan yang hadir mengenakan kebaya.
Sementara itu, saat ini semakin banyak perempuan Indonesia, baik yang muda maupun yang tua, yang mengenakan kebaya dalam kehidupan sehari-hari.
"Ini sebenarnya adalah hal yang positif, di mana perempuan Indonesia semakin menyadari pentingnya melestarikan budaya kita sendiri. Sekali lagi, kebaya bukan hanya sekadar simbol budaya, tetapi juga merupakan simbol kekuatan perempuan," ungkapnya.
Jurman menambahkan bahwa melestarikan kebaya sama artinya dengan merawat identitas, terutama bagi perempuan Indonesia. Kebaya tidak hanya melambangkan keindahan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi untuk terus memperjuangkan kesetaraan dan kemajuan bagi perempuan Indonesia.
"Mari kita terus menjaga warisan ini, memperkenalkannya ke dunia internasional, dan menjadikan kebaya sebagai bagian dari kehidupan yang membanggakan, tidak hanya untuk perempuan Indonesia, tetapi juga untuk seluruh bangsa Indonesia," jelasnya.