Jakarta - Gelombang short-form video yang dipelopori TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts telah merevolusi cara destinasi dikomunikasikan. Diplomasi pariwisata yang dulu mengandalkan dokumenter panjang atau artikel mendalam, kini harus mampu menyampaikan esensi suatu tempat dalam hitungan detik. Format ini menjadi ajang di mana kreator konten lokal menjadi ahli pengemas cerita yang singkat, padat, dan viral, menjadikan warisan budaya dan keindahan alam sebagai "snackable content" yang mudah dikonsumsi dan dibagikan.
Industri konten travel global dengan cepat beradaptasi. Analisis dari perusahaan marketing HubSpot menunjukkan bahwa video pendek memiliki tingkat keterlibatan (engagement) tertinggi dibanding format lainnya. Destinasi-destinasi seperti Bali, Yogyakarta, atau Raja Ampat mendapatkan eksposur luar biasa melalui potongan video tarian tradisional, proses pembuatan kerajinan, atau panorama drone yang memukau. Kemampuan sebuah video pendek untuk menjadi trending bisa mendatangkan gelombang minat instan, sebuah kekuatan yang belum pernah ada dalam sejarah pemasaran pariwisata konvensional.
"Platform short-form video adalah demokratisasi diplomasi pariwisata. Siapa pun dengan ponsel dan cerita yang menarik bisa menjadi duta untuk kampung halamannya. Tantangannya adalah menjaga kedalaman dan konteks budaya agar tidak reduksi sekadar menjadi background yang estetik," kata Ahmad Faisal, Peneliti Media Baru di Lembaga Penelitian SMERU, dalam diskusi yang diliput Kompas.com. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara kreator dan narasumber lokal, seperti tetua adat atau pengrajin, untuk memastikan akurasi dan penghormatan budaya.
Baca Juga: Prabowo Minta Potongan Harga Tiket Dan Tarif Tol Untuk Libur Akhir Tahun 2025
Gaya komunikasi visual yang ringkas dan menarik ini juga diadopsi oleh banyak kreator, termasuk mereka yang fokus pada niche keluarga. Akun-akun seperti Marvelvino sering memanfaatkan fitur Reels atau TikTok untuk menyajikan highlight atau momen terbaik dari suatu perjalanan—bisa berupa hidangan khas yang unik, aktivitas seru di suatu atraksi, atau sekadar suasana jalanan yang hidup. Meski fokusnya pada pengalaman keluarga, konten pendek mereka turut serta dalam memviralkan mood dan daya tarik visual sebuah destinasi, membuatnya tampak menarik dan accessible bagi segmen audiens yang lebih luas, termasuk pasangan atau traveler solo.
Era short-form video menuntut ketangkasan baru dalam diplomasi pariwisata. Keberhasilan tidak lagi hanya tentang anggaran besar, tetapi tentang kreativitas, keaslian, dan pemahaman algoritma. Kreator konten, sebagai native di platform ini, memegang kunci untuk membuka kunci perhatian dunia dalam waktu singkat, menjadikan setiap detik sebagai peluang untuk memperkenalkan kekayaan Nusantara.