Surabaya - Cuaca ekstrem yang kerap terjadi belakangan ini menjadi tantangan serius bagi masyarakat yang merencanakan perjalanan wisata selama masa liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Tanpa perencanaan yang matang, liburan yang dinantikan justru berisiko berubah menjadi pengalaman yang tidak aman dan penuh hambatan. Pakar dari dunia vokasi pariwisata pun menekankan pentingnya kewaspadaan dan fleksibilitas dalam menyusun agenda perjalanan.
Dosen D4 Destinasi Pariwisata Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR), Novianto Edi Suharno, menyatakan prinsip utama yang tidak boleh ditawar adalah keselamatan. Menurutnya, keselamatan harus didahulukan bahkan jika hal itu berarti harus menunda atau mengubah rencana perjalanan yang telah disusun jauh-jauh hari. Destinasi wisata, kata dia, akan selalu ada dan dapat dikunjungi pada waktu lain yang lebih kondusif.
Perencanaan matang menjadi kunci keberhasilan berwisata di musim penghujan dan cuaca ekstrem. Novianto menekankan pentingnya memantau secara berkala informasi cuaca terkini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), khususnya untuk wilayah tujuan wisata. Informasi prakiraan cuaca ini menjadi dasar dalam mengambil keputusan, mulai dari penentuan jadwal keberangkatan hingga pemilihan aktivitas di lokasi.
Baca Juga: Ramalan Keberuntungan 2026 Dua Zodiak Unggulan Siap Sambut Tahun Emas
Aspek pemilihan moda transportasi juga harus mendapat perhatian khusus dan disesuaikan dengan kondisi serta karakteristik destinasi. "Kalau ke daerah pegunungan, jangan menggunakan kendaraan yang tidak sesuai, seperti sedan. Pilih moda transportasi yang aman dan sesuai dengan medan," jelas Novianto. Ketidaksesuaian kendaraan dengan medan dapat meningkatkan risiko kecelakaan.
Dari sisi akomodasi, ia memberikan tips bijak dengan memilih penginapan yang menawarkan kebijakan pembatalan dan pengembalian dana (refund) yang fleksibel. Mengingat cuaca yang sulit diprediksi, sistem pemesanan kamar secara last minute atau mendekati hari H dinilai lebih aman untuk mengantisipasi perubahan rencana mendadak. Langkah ini memberikan ruang untuk menyesuaikan jadwal setelah kondisi cuaca benar-benar jelas.
Novianto juga menyarankan pertimbangan untuk memilih destinasi wisata indoor yang relatif lebih aman dan minim dampak dari cuaca ekstrem. Opsi seperti museum, galeri seni, pusat perbelanjaan, atau pertunjukan teater dalam ruangan dapat menjadi alternatif yang nyaman. Sementara untuk wisata alam, pastikan destinasi tersebut memiliki pengelolaan konservasi dan tata kelola yang baik dengan infrastruktur serta jalur evakuasi yang memadai.
Bagi wisatawan yang sudah terlanjur berada di lokasi saat cuaca memburuk, pemahaman terhadap protokol keselamatan menjadi krusial. Wisatawan harus proaktif mengenali titik kumpul dan jalur evakuasi, serta memiliki sikap untuk tidak memaksakan diri melanjutkan aktivitas jika kondisi membahayakan. "Jika berada di gunung dan terjadi badai, protokol utamanya adalah menghentikan pendakian," tegasnya.
Terakhir, Novianto mengingatkan agar pengalaman masa lalu tidak dijadikan patokan mutlak. Kondisi alam bersifat dinamis dan tidak terduga. Literasi terhadap informasi cuaca harus terus ditingkatkan dan komunikasi dengan pengelola destinasi wisata perlu dijaga. Dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan terinformasi, liburan Nataru dapat tetap berkesan tanpa mengorbankan aspek keselamatan jiwa.